Tatap tegaklah masa depan
Tersenyum lagu kehidupan
Dengan cita dan cinta sejuta asa
Bersama membangun Indonesia

Pegang teguhlah kebenaran
Kalahkan Buang jauh nafsu angkara
Berkorban dengan jiwa dan raga
untuk tegaknya keadilan

Bangkitlah negeriku
Harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku
Jalan itu masih terbentang

S’lama matahari bersinar
S’lama kita terus berjuang
S’lama kita satu berpadu
Jayalah negeriku jayalah …


lihat kondisi bangsa ini wahai ikhwah..
lihat sekelilingmu..

lihat lingkungan tempat kau tinggal...
lihat teman sebelah kamrmu..
LIHAT!!


masihkah kita bisa bersantai-santai...
sementara kita tahu ummat ini sedang SAKIT..

dijangkiti virus-virus sekularisme..
dihampiri oleh kaum kapitalis yang menawarkan sejuta kenikmatan dunia..
namun, harga diri ummat ini taruhannya..


dan hanya dengan tangan kita..
wahai pemuda-pemudi Islam..


hanya dengan tangan kita..
ummat ini bisa kembali bangkit...

karena kita adalah pemuda Islam..
kokoh dengan hambatan..
tangguh dengan masalah..
kuat dengan pengorbanan..
lembut karena kecintaannya pada ummat ini..
pantang mundur dari hinaan...
dan selalu terlatih untuk berjuang..
berjuang...

dan, berjuang...

sampai SYAHID ia dapatkan...

dakwah kita..
dakwah kita..
dakwah kita...
akan merenggut waktu kita..
akan meminta tidur kita..
akan mengambil waktu senggang kita..

tapi, satu saudaraku...

JANJI ALLAH ITU PASTI...

teruntuk orang-orang yang senantiasa menyebut nama-Nya..
dalam susahnya..
dalam sulitnya..
dalam tangisnya..
dalam harapannya di tengah malam...
dalam jiwanya yang senantiasa menangis..

melihat ummat ini terpuruk dalam sakitnya...


wahai pemuda-pemudi Islam..
yakinlah..
HARAPAN ITU MASIH ADA..



-terinspirasi setelah presentasi asisten..kita memang tidak pantas untuk BERSANTAI-SANTAI...-

Posted on 13.31 by LDK IZZIS STAI-MU

No comments

Sebelum Rasulullah Muhammad SAW wafat, beliau mengatakan bahwa ada dua pusaka yang ditinggalkannya untuk umatnya yang apabila mereka berpegang taguh pada keduanya maka mereka akan selamat. Sebagai seorang muslim tentunya kita tahu kedua pusaka itu adalah Al-Qur'an dan sunnah yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur'an dan sunnah adalah pribadi yang tidak hanya sekedar saleh secara pribadi tetapi juga mushlih dengan menebarkan kabaikan dimana pun ia berada.

Namun ketika ingin menjadi sesorang yang senantiasa meneberkan kebaikan tentunya kita harus memili pribadi yang saleh terlebih dahulu. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim. Pertama, Salimul aqidah(Aqidah yang bersih) yakni sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

Kedua, Shahihul ibadah (ibadah yang benar) yang merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. Ketiga, Matinul khuluq(Akhlak yang kokoh) merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. Allah berfirman yang artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. 68:4).

Keempat, Qowiyyul jismi (Kekuatan Jasmani) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

Kelima, Mutsaqqoful fikri (intelek dalam berpikir) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS 2:219)

Keenam, Mujahadatul linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)

Ketujuh, Harishun ala waqtihi (pandai menjaga waktu) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu". Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Kedelapan, Munazhzhaman fi syuunihi (teratur dalam segala urusan) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas

Kesembilan, Qodirun alal kasbi (memiliki kemampuan usaha/mandiri) merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

Kesepuluh, Nafi'un lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Qudhy dari Jabir).

Kesepuluh hal diatas merupakan beberapa standarisasi profil muslim sejati menurut Al-Qur’an dan Sunnah yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai muslim. Apapun sarana, cara dan teori yang dipelajari selama tidak diaplikasikan atau diperaktekkan dalam kehidupan maka tiada guna. Wallauhu’alam bissawab

Posted on 21.11 by LDK IZZIS STAI-MU

No comments